Khotbah Online: 1 Petrus 3:10 TB – “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.”

  Khotbah Online: 1 Petrus 3:10 TB - "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu."

Khotbah ini berdasarkan pada ayat 1 Petrus 3:10 dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB) yang berbunyi:

“Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.”

Dalam ayat ini, Rasul Petrus mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga tutur kata kita dan berbicara dengan kejujuran. Khotbah berikut ini dapat diambil sebagai pesan moral dan praktis dari ayat ini:

Tema: “Kekuatan dalam Menjaga Ucapan dan Lidah”

  1. Menghargai Hidup dan Menginginkan Kehidupan yang Baik: Ayat ini dimulai dengan pertanyaan, “Siapa yang mau mencintai hidup?” Kita semua menghargai hidup dan menginginkan hari-hari yang baik. Namun, cara mencapainya adalah dengan menjaga lidah kita dan berbicara dengan benar.
  2. Menjaga Lidah dari Ucapan Jahat: Salah satu aspek penting dalam hidup yang baik adalah menjaga ucapan kita. Terkadang kita mungkin frustasi atau marah, dan kita cenderung mengucapkan kata-kata kasar atau jahat. Ayat ini mengingatkan kita untuk mengendalikan diri dan menjaga ucapan kita agar tidak menyakiti orang lain.
  3. Berbicara Dengan Kejujuran: Selain itu, kita juga diminta untuk menjaga bibir kita dari ucapan yang menipu. Kejujuran adalah nilai yang sangat penting dalam agama dan moralitas. Ketika kita berbicara dengan kejujuran, kita membangun kepercayaan dengan orang lain dan memelihara hubungan yang sehat.
  4. Menghadapi Tantangan dalam Menciptakan Hidup yang Baik: Terkadang, menjaga lidah dan bibir kita mungkin tampak sulit, terutama dalam situasi sulit atau konflik. Namun, sebagai orang percaya, kita memiliki Tuhan yang memberikan kita kekuatan untuk berbicara dengan baik dan jujur dalam semua situasi.
  5. Doa untuk Mendapatkan Bantuan Tuhan: Akhiri khotbah dengan doa, meminta Tuhan untuk membantu kita dalam menjaga lidah dan bibir kita, sehingga kita dapat mencintai hidup dan mengalami hari-hari yang baik sesuai dengan firman-Nya.

Kepada Kebaikan dan Pengampunan

Kepada Kebaikan dan Pengampunan

Saudara-saudara yang terkasih, pada kesempatan kali ini, kita akan merenungkan firman dari Injil Markus 11:25 (Terjemahan Bahasa Indonesia Terjemahan Baru):

“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”

Firman Tuhan ini mengingatkan kita tentang pentingnya pengampunan dalam hidup kita sebagai orang percaya. Pengampunan adalah salah satu konsep yang sangat mendasar dalam ajaran Kristus, dan dalam ayat ini, kita diberitahu bahwa ketika kita berdoa, kita harus memulainya dengan hati yang tulus memaafkan orang lain.

  1. Mengapa Pengampunan Penting? Pengampunan adalah salah satu tindakan cinta dan kasih yang paling murni. Saat kita memaafkan orang lain, kita tidak hanya memberi mereka kesempatan untuk berubah, tetapi juga melepaskan diri kita dari perbudakan emosi negatif seperti kebencian, amarah, dan sakit hati. Pengampunan membuka pintu bagi penyembuhan, dan ini adalah tindakan yang mendekatkan kita kepada Allah.
  2. Tindakan Pengampunan Adalah Cerminan Kasih Allah Firman kita mengatakan bahwa ketika kita memaafkan, Bapamu yang di sorga juga akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Ini menggambarkan bahwa tindakan pengampunan adalah cerminan kasih Allah kepada kita. Allah telah memberikan kita pengampunan melalui Yesus Kristus, dan kita dipanggil untuk menyebarkan kasih dan pengampunan itu kepada sesama.
  3. Pentingnya Hati yang Tulus Penting untuk diingat bahwa pengampunan yang dimaksud di sini bukan hanya tindakan fisik, tetapi juga tulus dari hati. Hati yang tulus berarti kita benar-benar melepaskan perasaan kebencian dan amarah yang mungkin kita miliki terhadap seseorang. Ini bukanlah tindakan yang mudah, tetapi dengan bantuan Tuhan, kita dapat melakukannya.
  4. Berdoa dengan Hati yang Tulus Ayat ini juga menunjukkan bahwa ketika kita berdoa, kita harus memiliki hati yang tulus. Doa yang tulus adalah doa yang dipenuhi dengan kasih dan iman. Kita tidak dapat datang kepada Allah dengan hati yang dipenuhi dendam dan kebencian. Sebaliknya, kita datang kepada-Nya dengan hati yang terbuka dan siap untuk memberi dan menerima pengampunan.

Kesimpulan: Pengampunan adalah bagian integral dari kehidupan orang percaya. Ketika kita mempraktikkan pengampunan, kita mencerminkan kasih Allah dan mengalami pemulihan dalam hidup kita. Mari kita berdoa agar Allah memberi kita kekuatan dan kasih untuk memaafkan orang lain dengan tulus. Dengan cara ini, kita dapat menjalani kehidupan yang penuh kasih dan damai sesuai dengan kehendak-Nya. Amin.

Semoga firman ini menjadi berkat bagi kita semua. Marilah kita berdoa agar Allah senantiasa memberi kita kemampuan untuk mempraktikkan pengampunan dalam kehidupan kita sehari-hari. Terima kasih, dan damai sejahtera dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.

Doa Yabes

Screenshot 2023-11-05 at 10-52-08 CodePen - SCSS 3D text mixin

Saudara-saudara yang dikasihi dalam Kristus,

Hari ini, kita akan menjelajahi salah satu doa yang penuh inspirasi yang ditemukan dalam Kitab 1 Tawarikh 4:10. Doa ini dikenal sebagai Doa Yabes. Meskipun kita tidak menemukan banyak informasi tentang Yabes dalam Alkitab, doanya telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang sepanjang sejarah. Doa ini adalah doa permohonan kepada Tuhan yang sangat kuat, dan kita dapat belajar banyak dari kata-kata yang terkandung dalam doa ini.

Doa Yabes adalah doa yang merangkul keyakinan yang mendalam dalam kuasa Tuhan. Kata-kata dalam doa ini merangkum kerinduan seorang hamba Tuhan yang ingin hidup dalam berkat-Nya. Mari kita telaah doa Yabes lebih dalam.

Pertama, kita melihat bahwa Yabes memohon agar Allah memberkati dia secara berlimpah-limpah. Dia berdoa, “Kiranya engkau memberkati aku Berlimpah-limpah Dan memperluas Daerahku” Ini mengajarkan kita untuk tidak hanya memohon berkat Tuhan yang cukup, tetapi berkat yang berlimpah. Ketika kita berdoa, janganlah ragu untuk memohon berkat Allah yang melimpah dalam hidup kita. Allah adalah Allah yang murah hati dan siap memberkati kita.

Kedua, Yabes memohon agar Allah menjauhkan dia dari kesengsaraan dan agar kesengsaraan itu tidak menimpa dirinya. Dia berdoa, “Dan kiranya TanganMu menyertai aku Dan melindungi aku Dari pada malapetaka Sehingga kesakitan Tidak menimpa aku” Ini mengajarkan kita untuk menghadapkan segala masalah dan kesulitan kepada Allah. Kita harus mengandalkan-Nya dalam semua situasi, memohon perlindungan dan bimbingan-Nya.

Ketiga, Yabes memohon agar Allah memperluas daerahnya dan agar tangan Allah menyertainya. Dia berdoa, “Dan biarlah tangan-Mu menyertai aku…” Doa ini mengajarkan kita untuk merindukan pertumbuhan dalam hidup kita, bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam hal rohani. Memohon agar tangan Allah menyertai kita adalah memohon agar kita tetap dekat dengan-Nya dan berjalan dalam rencana-Nya.

Terakhir, doa Yabes mengajarkan kita untuk memohon agar Allah menjauhkan kita dari segala kejahatan, sehingga kita tidak menjadi penyebab dukacita bagi orang lain. Dia berdoa, “Janganlah Engkau membiarkan aku menjadi penyebab kejahatan.” Doa ini mengingatkan kita untuk hidup dengan integritas dan kesucian, menjauh dari segala tindakan yang mungkin menyakiti orang lain atau mencemarkan nama Tuhan.

Kita dapat belajar banyak dari doa Yabes ini. Ini adalah doa yang penuh iman, rindu akan berkat Allah, perlindungan-Nya, pertumbuhan rohani, dan hidup yang berkenan kepada-Nya. Doa Yabes mengajarkan kita untuk menghadap Allah dengan hati yang rendah dan iman yang mendalam, karena kita tahu bahwa Allah adalah Allah yang murah hati dan setia.

Saudara-saudara, mari kita merenungkan doa Yabes ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita memohon berkat Allah yang berlimpah, perlindungan-Nya, pertumbuhan rohani, dan hidup yang berkenan kepada-Nya. Semoga kita semua dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan menjadi berkat bagi banyak orang di sekitar kita.

Amin. Terima kasih dan Tuhan memberkati kita semua.

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. (Amsal 16:32)

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. (Amsal 16:32)

Saudara-saudari yang terkasih,

Hari ini, kita berkumpul dalam kebersamaan ini untuk merenungkan sebuah ayat yang penuh hikmah dari Kitab Amsal, yaitu Amsal 16:32. Ayat ini mengingatkan kita akan kekuatan dan keutamaan kesabaran dalam hidup kita.

“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” – Amsal 16:32

Kita seringkali memandang pahlawan sebagai sosok yang gagah berani, yang memenangkan pertempuran dengan kekuatan fisik dan keberanian. Namun, Amsal mengajarkan kita bahwa sebenarnya, orang yang memiliki kesabaran adalah lebih hebat daripada seorang pahlawan. Mengapa demikian?

Pertama-tama, kita harus memahami bahwa kesabaran bukanlah tanda kelemahan, tetapi sebaliknya, tanda kekuatan sejati. Orang yang sabar adalah orang yang mampu mengendalikan emosinya, mengatasi godaan untuk bertindak gegabah, dan menjaga ketenangan dalam situasi sulit. Kesabaran adalah bukti bahwa seseorang mampu menguasai dirinya.

Kedua, kita harus menyadari bahwa merebut kota atau mencapai kemenangan dalam pertempuran fisik mungkin saja penting dalam beberapa konteks, namun itu hanya merupakan pencapaian sementara. Sementara itu, kesabaran adalah kualitas yang membawa manfaat jangka panjang. Orang yang sabar dapat menjaga hubungan yang harmonis, memecahkan masalah dengan bijaksana, dan mencapai tujuan mereka dalam jangka waktu yang lebih lama.

Ketika kita berbicara tentang kesabaran, kita juga tidak hanya berbicara tentang menunggu dengan pasif. Kesabaran melibatkan usaha aktif untuk mengendalikan diri, tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang benar, dan bekerja menuju tujuan-tujuan kita tanpa tergesa-gesa.

Dalam dunia yang serba cepat seperti hari ini, kesabaran bisa menjadi hal yang sulit untuk ditemukan. Namun, Amsal mengingatkan kita bahwa keutamaan kesabaran tidak boleh diabaikan. Kita bisa belajar dari contoh-contoh dalam Kitab Suci dan dari orang-orang bijak di sekitar kita.

Ketika kita menjalani kehidupan sehari-hari, mari kita selalu ingat bahwa kesabaran adalah kunci menuju kesuksesan jangka panjang. Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan, jangan tergoda oleh emosi sesaat, dan selalu pertahankan kontrol atas diri kita. Dengan melakukan itu, kita akan menjadi lebih hebat daripada seorang pahlawan yang hanya mengandalkan kekuatan fisiknya.

Saudara-saudari, marilah kita bersama-sama merenungkan dan menerapkan pelajaran berharga dari Amsal 16:32 dalam kehidupan kita. Kesabaran adalah kekuatan sejati yang akan membawa berkat dan keberhasilan dalam hidup kita. Terima kasih, semoga Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Kebijaksanaan dalam Memberi Sedekah

1544031679816

Salam sejahtera dalam Kristus kepada kita semua, saudara-saudari yang terkasih. Hari ini, kita akan membahas Kebenaran Firman Tuhan dari Kitab Matius 6:3, yang berbunyi, “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.”

Saudara-saudari, sedekah adalah tindakan mulia yang telah dianjurkan oleh Tuhan dalam Firman-Nya. Ini adalah salah satu cara kita dapat membantu sesama yang membutuhkan dan memenuhi panggilan kita sebagai orang percaya. Namun, ayat ini menekankan pentingnya memberi dengan tulus, tanpa mencari pujian atau pengakuan dari orang lain.

Ketika Tuhan Yesus mengucapkan kata-kata ini, Dia ingin mengingatkan kita untuk memberi dengan tulus dan rendah hati. Ia ingin menghindarkan kita dari sikap sombong dan riya ketika kita memberi. Ini bukan hanya tentang tindakan memberi, tetapi juga tentang motivasi di baliknya.

Kita hidup dalam dunia yang seringkali mendorong kita untuk mencari pujian dari orang lain. Kita seringkali ingin agar tindakan baik kita dilihat dan diakui oleh orang banyak. Namun, Yesus ingin kita belajar untuk memberi dengan niat murni, tanpa memperhatikan apresiasi dari orang lain.

Sedekah yang diberikan dengan tulus dan tanpa pamrih memiliki nilai spiritual yang lebih dalam. Ini adalah ekspresi kasih Tuhan melalui kita, dan bukan hanya upaya kita untuk mencari pengakuan. Ketika kita memberi dengan rendah hati, kita mengikuti teladan Kristus yang memberi hidup-Nya untuk kita semua tanpa mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.

Selain itu, tindakan memberi secara rahasia, seperti yang diajarkan dalam ayat ini, memungkinkan kita untuk menghindari perasaan sombong dan kesombongan. Kita tidak akan berusaha memperlihatkan diri kita sebagai orang yang penuh kasih, tetapi kita akan memberi karena kita ingin meringankan beban sesama dan berpartisipasi dalam rencana penyelamatan Tuhan bagi dunia.

Jadi, mari kita terus mengingat ayat ini dalam kehidupan sehari-hari kita. Mari kita memberi dengan tulus dan tanpa pamrih, dan kita akan mengalami berkat yang tak ternilai dalam hidup kita. Semoga Roh Kudus senantiasa membimbing kita dalam berbuat baik, dan semoga Tuhan memberkati kita dalam setiap tindakan tulus yang kita lakukan.

Amin. Terima kasih, saudara-saudari yang terkasih. Semoga kita semua menjadi teladan kasih Kristus di dunia ini. Amin.

Ketika Allah Memunculkan Kebenaran dan Keadilan

Mazmur 37:6 TB - Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.

Salam sejahtera dalam kasih Kristus kepada kita semua. Hari ini, kita akan mengeksplor ayat Mazmur 37:6 dalam Alkitab Terjemahan Baru yang mengatakan, “Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.” Mari kita merenungkan makna dan aplikasi ayat ini dalam hidup kita.

Bagian 1: Allah sebagai Sumber Kebenaran

Ayat ini menggambarkan Allah sebagai sumber kebenaran yang tak tergoyahkan. Ia adalah Sang Pencipta, Yang Maha Bijaksana, dan Sang Keadilan yang sempurna. Saat kita melihat sekitar kita, seringkali kita disuguhi berbagai bentuk ketidakadilan, kebohongan, dan kejahatan. Namun, dalam semua hal ini, kita harus ingat bahwa Allah tetap berdaulat dan tidak ada yang bisa menutupi kebenaran-Nya.

Bagian 2: Terang Kebenaran

Istilah “Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang” menggambarkan bagaimana Allah mengungkapkan kebenaran-Nya dalam hidup kita. Terang adalah simbol kejelasan dan pencerahan. Ketika kita berjalan dalam kebenaran Allah, kita akan mengalami pencerahan dalam pengertian kita tentang-Nya dan rencana-Nya bagi kita. Kebenaran Allah akan menjadikan jalan kita jelas, meskipun terkadang dunia terasa gelap.

Bagian 3: Keadilan Allah seperti Siang

“Dan hakmu seperti siang.” Ini berbicara tentang keadilan Allah yang akan terwujud dengan jelas, sama seperti siang yang terang. Terkadang, kita mungkin melihat ketidakadilan di dunia ini, tetapi kita dapat bersandar pada Allah, yang pada akhirnya akan membawa keadilan-Nya terhadap semua perbuatan yang salah.

Aplikasi:

  1. Pertama, mari kita tekun dalam kebenaran Allah, memahami Firman-Nya, dan hidup sesuai dengan nilai-Nya.
  2. Kedua, berpeganglah pada keadilan, bahkan ketika kita menghadapi kesulitan atau ketidakadilan dalam hidup. Percayalah bahwa Allah akan memunculkan keadilan-Nya pada waktunya.

Kesimpulan: Mazmur 37:6 mengingatkan kita bahwa Allah adalah sumber kebenaran dan keadilan yang tak tergoyahkan. Dalam hidup kita yang penuh tantangan, kita dapat bersandar pada-Nya dan yakin bahwa kebenaran-Nya akan bersinar terang dan keadilan-Nya akan terwujud. Mari kita hidup sesuai dengan nilai-Nya dan terus mempercayai rencana-Nya dalam hidup kita. Terima kasih, dan semoga Allah memberkati kita semua. Amen.

“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.” (1Yoh. 4:7)

 "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." (1Yoh. 4:7)

“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.” (1Yoh. 4:7)

Saudara-saudari yang terkasih,

Hari ini, kita berkumpul di dunia maya, dalam cakrawala yang penuh teknologi, untuk berbicara tentang salah satu pesan yang paling penting dalam ajaran kita, yaitu kasih. Kebenaran Firman Tuhan 1 Yohanes 4:7, yang saya bagikan kepada Anda hari ini, mengingatkan kita akan pentingnya mengasihi satu sama lain. Kata-kata ini tidak hanya menggambarkan perintah Allah kepada kita, tetapi juga sumber kasih yang sejati.

Kasih adalah salah satu nilai yang sangat penting dalam iman kita. Allah adalah sumber segala kasih, dan saat kita mempraktikkan kasih dalam hidup kita, kita mencerminkan karakter dan sifat-Nya. Mari kita melihat beberapa aspek penting tentang kasih yang kita pelajari dari ayat ini.

  1. Kasih berasal dari Allah: Ayat ini menegaskan bahwa kasih itu berasal dari Allah. Itu artinya kasih sejati adalah anugerah Ilahi yang diberikan kepada kita. Ini adalah karunia yang memadukan kita dengan Sang Pencipta, dan kita harus bersyukur atasnya.
  2. Kasih adalah perintah Allah: Dalam ayat-ayat sebelumnya, kita melihat bahwa Allah memerintahkan kita untuk mengasihi satu sama lain. Ini bukanlah pilihan, tetapi suatu kewajiban sebagai umat-Nya. Dalam mematuhi perintah ini, kita mendekatkan diri pada-Nya.
  3. Kasih mengenalkan kita pada Allah: Ketika kita mengasihi sesama dengan tulus, kita mengenal Allah. Kasih menggambarkan karakter-Nya. Dalam tindakan-tindakan kasih kita, kita mencerminkan-Nya dan menunjukkan kepada dunia siapa Allah sebenarnya.
  4. Kasih mengikat kita bersama: Kasih adalah ikatan yang menghubungkan kita sebagai umat Kristen. Kita adalah saudara dan saudari dalam Kristus, dan melalui kasih, kita membentuk komunitas yang kuat.

Ketika kita melihat dunia di sekitar kita, kita menyadari bahwa ada begitu banyak kebutuhan akan kasih. Ada kesepian, kepedihan, dan perpecahan. Dan sebagai umat Kristiani, kita memiliki tanggung jawab untuk membawa kasih ini ke dunia.

Kita bisa mengasihi dengan sederhana, dengan mendengarkan, membantu, dan mendukung sesama. Kita bisa juga mengasihi dengan menyebarkan Firman Allah dan membagikan berkat kita. Kasih itu mungkin tampak sederhana, tetapi dampaknya bisa sangat besar.

Saudara-saudari yang terkasih, mari kita menghidupi ajaran kasih ini setiap hari dalam hidup kita. Biarkan kasih menjadi tanda pengenal kita sebagai murid-murid Kristus. Mari kita saling mengasihi sebagaimana Allah telah mengasihi kita, dan dalam hal ini, kita akan mengenal Allah dan membawa kasih-Nya kepada dunia yang sangat membutuhkannya.

Amin. Terima kasih, dan semoga kasih Allah senantiasa menyertai kita semua.

Allah yang Mahakuasa: AKU ADALAH AKU

Allah yang Mahakuasa: AKU ADALAH AKU

Saudara-saudara yang dikasihi dalam Kristus,

Hari ini, kita akan membahas ayat yang luar biasa dalam Alkitab dari Kitab Keluaran. Ayat ini adalah salah satu momen penting dalam sejarah penyelamatan Israel, ketika Allah berbicara kepada nabi Musa di dalam semak duri. Kata-kata yang Dia katakan adalah kata-kata yang mencerminkan keagungan, kekuasaan, dan eksistensi-Nya yang tak terhingga. Kitab Keluaran 3:14, dalam Terjemahan Baru, menyatakan:

“Firman Allah kepada Musa: ‘AKU ADALAH AKU.’ Lagi firman-Nya: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.'”

Mari kita telaah kata-kata ini dengan lebih mendalam.

Pertama, “AKU ADALAH AKU.” Kata-kata ini mengungkapkan eksistensi yang tak terbatas dari Allah. Dia tidak memiliki awal atau akhir, Dia adalah yang ada sekarang, yang selalu ada, dan yang akan selalu ada. Ini adalah pernyataan tentang keabadian-Nya, dan ini mengingatkan kita bahwa kita berbicara tentang Allah yang tak terbandingkan.

Kemudian, perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk menyampaikan pesan ini kepada orang Israel: “AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Ini adalah pernyataan tegas bahwa Allah adalah yang mengutus Nabi Musa untuk memimpin bangsa Israel. Tidak ada yang dapat membandingkan dengan Allah, dan karena itu, ketika Allah memilih seseorang untuk tugas tertentu, itu adalah rencana-Nya yang sempurna.

Apa yang dapat kita pelajari dari ayat ini? Pertama, kita kiranya perlu memiliki pengertian yang benar tentang Allah. Kita kiranya perlu menyadari bahwa Dia adalah Yang Maha Kuasa, Yang Esa, dan Yang Abadi. Tidak ada yang bisa dibandingkan dengan-Nya. Kita kiranya perlu menyembah-Nya dengan tulus dan takut akan Dia.

Kedua, kita kiranya perlu mengikuti kehendak Allah dalam hidup kita. Nabi Musa adalah contoh yang baik. Dia menerima panggilan Allah untuk memimpin Israel keluar dari perbudakan Mesir dan mematuhi perintah-Nya. Demikian pula, kita kiranya perlu mencari dan mematuhi kehendak Allah dalam hidup kita.

Terakhir, kita kiranya perlu mengingatkan diri kita bahwa Allah adalah yang mengutus kita dalam panggilan hidup kita. Kita mungkin tidak menerima panggilan seperti Nabi Musa, tetapi kita semua memiliki peran penting dalam rencana Allah. Kita kiranya perlu menjalani hidup kita sebagai saksi-Nya, menjalankan misi yang telah Dia berikan kepada kita.

Jadi, mari kita selalu mengingat kata-kata yang kuat ini dari Kitab Keluaran 3:14, bahwa Allah adalah AKU ADALAH AKU, dan Dia adalah yang mengutus kita. Semoga kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan menyembah-Nya dengan segenap hati kita.

Ketika Kita Menemukan Ketenangan dalam Kristus

Matius 11:28 TB Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Pendahuluan:

Saudara-saudari yang terkasih, pada kesempatan ini, mari kita merenungkan Kebenaran Firman Tuhan dari Kitab Matius pasal 11 ayat 28, yang mengatakan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Kebenaran Firman Tuhan ini mengajak kita untuk mencari ketenangan dan kelegaan dalam Kristus, bahkan ketika hidup kita terasa penuh dengan kesulitan dan beban berat. Kita hidup di dunia yang penuh dengan permasalahan dan tantangan, tetapi dalam Kristus, kita dapat menemukan ketenangan sejati. Mari kita menjelajahi pesan ini lebih dalam.

I. Mengakui Keletihan dan Beban Berat

Pertama-tama, kita harus mengakui bahwa dalam hidup ini, kita seringkali merasa letih lesu dan berbeban berat. Ketidakpastian, permasalahan, dan tanggung jawab hidup dapat membuat kita merasa terbebani. Mungkin beberapa di antara kita merasa lelah oleh beban finansial, masalah kesehatan, konflik dalam hubungan, atau ketidakpastian masa depan. Ketika kita mengalami keletihan dan beban yang sulit untuk ditanggung, Tuhan mengundang kita untuk datang kepada-Nya.

II. Marilah kepada Kristus

Kebenaran Firman Tuhan ini adalah undangan pribadi dari Tuhan Yesus Kristus kepada setiap individu yang merasa lelah dan terbebani. Dia berkata, “Marilah kepada-Ku.” Ketika kita datang kepada Kristus, kita datang kepada Sumber kekuatan yang tak terbatas. Ini adalah panggilan untuk berhubungan pribadi dengan-Nya melalui doa, meditasi, dan perenungan firman-Nya. Ketika kita datang kepada Kristus, kita menempatkan Dia sebagai pusat dari kehidupan kita.

III. Janji Kelegaan dalam Kristus

Yesus melanjutkan dengan janji-Nya, “Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Ketika kita datang kepada Kristus dengan iman, Dia akan memberikan kita kelegaan. Kelegaan ini bisa berupa damai sejahtera di tengah-tengah badai, kebijaksanaan dalam menghadapi masalah, atau pertolongan-Nya dalam memikul beban-beban kita. Ini adalah janji Tuhan yang kita bisa percayai dan andalkan.

IV. Bagaimana Menemukan Ketenangan dalam Kristus

Tetapi bagaimana kita seharusnya mendekati Kristus dan menemukan ketenangan dalam-Nya? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:

  • Berdoa: Luangkan waktu untuk berbicara dengan Tuhan dalam doa. Berbicaralah tentang perasaan, kebutuhan, dan beban Anda. Tuhan selalu mendengarkan.
  • Meditasi Firman Tuhan: Renungkan firman Tuhan dalam Alkitab. Firman-Nya adalah sumber kebijaksanaan dan kekuatan.
  • Jangan Sendirian: Jangan ragu untuk mencari dukungan dari komunitas gereja atau teman-teman seiman. Kita tidak harus menjalani perjalanan ini sendirian.
  • Percaya dan Berserah: Percayalah bahwa Tuhan memegang kendali segala sesuatu. Berserahlah kepada-Nya dan percayai bahwa Dia bekerja untuk kebaikan Anda.

Penutup:

Saudara-saudari, kita hidup dalam dunia yang penuh dengan kesulitan, tetapi di dalam Kristus, kita bisa menemukan ketenangan sejati. Mari kita datang kepada-Nya, mengakui keletihan dan beban kita, dan percaya kepada janji-Nya untuk memberi kelegaan. Ketika kita hidup dalam hubungan yang dekat dengan Kristus, kita akan menemukan ketenangan yang tidak dapat dijelaskan oleh dunia ini. Marilah kepada-Nya, semua yang letih lesu dan berbeban berat, dan temukan ketenangan dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Amin. Terima kasih.